Pakar telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo mengatakan bahwa jebolnya sistem keamanan yang dimiliki operator Indonesia oleh pihak asing harus menjadi perhatian serius. Banyak kemungkinan bisa dilakukan oleh penyusup untuk melakukan penyadapan, tetapi tidak serta merta itu dilakukan oleh operator itu sendiri. Menurut Agung Harsoyo, ada beberapa kemungkinan trik penyadapan yang mungkin dilakukan di luar kendali operator. Penyadapan intelijen yang mungkin dilakukan di luar kendali operator itu diperkirakan melalui jalur base transceiver station (BTS) dan satelit.
“Penyadapan mungkin dilakukan antara ponsel ke BTS, BTS ke BTS atau BTS ke satelit. Penyadapan di jalur itu mungkin dilakukan tanpa diketahui operator karena di luar kendali mereka,” ujar Agung Harsoyo ungkap Agung dalam diskusi “Sadap Menyadap, Ngeri-Ngeri Sedap” yang digelar Indonesia ICT Forum (IIF), Rabu (26/2/2014).
Agung mencontohkan kasus penyadapan yang menimpa Kanselir Jerman Angela Merkel
oleh AS. Kantor Federal untuk Keamanan Informasi Jerman telah
mengembangkan sendiri software antisadap. Nantinya, para politikus dan
pejabat tinggi Jerman hanya boleh memakai ponsel yang ditanami software
antisadap. Software ini bahkan tak bisa berjalan di iPhone atau
perangkat dengan sistem operasi iOS.
Dalam kesempatan terpisah, Gatot Dewa Broto, Kepala Humas Kementerian
Komunikasi dan Informasi mengatakan, Kementerian Komunikasi dan
Informasi dalam menyikapi kasus penyadapan searah dengan pernyataan
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam jumpa persnya pada tanggal 15
Pebruari 2014. Pernyataan tersebut menyesalkan terhadap tindakan
penyadapan yang dilakukan oleh Amerika dan Australia.Pemerintah sangat prihatin dan kecewa. Selain berdasarkan aspek hubungan diplomatik, juga mengacu pada aspek hukum, karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, yaitu UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar